TAS BARU UNTUK MINAH
"Uuh...... panjang bener
sobeknya? iih... kok bisa sih", gerutu Minah sembari jari-jarinya dengan
lincah menjahit lubang tas buluknya. "Auww!!", tiba-tiba jarinya tertusuk
jarum. Sambil meringis is pencet telunjuknya. Darah keluar dari sana.
Sesaat kemudian ia tinggalkan
tas hijau buluknya yang sudah robek dan penuh jahitan disana - sini. Ia matikan
lampu kamarnya dan kemudian beranjak tidur. Dalam tidur ia memimpikan tas baru
untuk dipakainya ke sekolah. Selama ini, ia hanya memiliki tas hijau tua kumal
dan penuh jahitan yang dipakai untuk ke sekolah. Ayahnya sudah lama berjanji
membelikannya tas baru jika mendapat upah dari hasil panen majikannya.
Ya, Minah tepatnya Siti Aminah
hanyalah seorang anak petani serabutan miskin. Ibunya adalah tukang cuci yang
selalu keluar masuk kompleks perumahan untuk menawarkan jasanya. Selama ini, ia
bersekolah karena mendapatkan beasiswa bagi orang kurang mampu. Sekarang Minah
sudah duduk dibangku kelas 2 SMA Bunga Bangsa yang terkenal favorit dan untuk
kalangan elit.
Dikelas, Minah memang
tergolong pintar, namun selalu menarik diri untuk bergaul dengan
teman-temannya. minah merasa malu dan minder jika ada didekat mereka. Ia selalu
membayangkan hidup seperti mereka,
berangkat dan pulang sekolah naik mobil, tas dan sepatunya bagus, punya
hape, dsb. namun mimpi tetaplah mimpi, Minah hanyalah seorang anak miskin yang
tas saja tak mampu beli.
**********
Pagi ini Minah berangkat ke
sekolah dengan tergesa-gesa. Karena menjahit tas nya kemarin sampai larut
malam, ia terlambat bangun. Saking tergesa-gesanya, sarapan yang telah
disiapkan oleh ibu tidak dimakan.
Jarak 3 Km ia tempuh dengan
bersepeda. Tas buluk penuh jahitan itu ia taruh di keranjang yang menempel di
stang kemudi. Sesekali ia pandangi tas itu. Agaknya dia benar-benar malu
membawanya.
Setelah sampai disekolah, ia
langsung memarkir sepedanya di tempat biasa. Didekat rumpun Bougenvile yang
rimbun. Setelah itu ia beranjak menuju kelasnya yang berada dilantai dua.
Sepanjang perjalanan menuju
ke kelas, banyak mata yang melirik tas bututnya. Salah seorang anak kelas 1
bahkan mengejek dengan suara keras. "Tas buluk kayak gitu kok dibawa
sekolah, plizz deh!!", Minah hanya diam, kupingnya terasa panas, segera
dipercepat langkahnya dengan muka merah padam berjalan sambil menunduk.
Pelajaran demi pelajaran ia
lalui dengan gelisah. Ejekan tadi pagi membuatnya semakin tidak berkosentrasi. Ia
hanya dapat memikirkan tas buluknya. Jam kosong pada pelajaran terakhir pun ia
hanya melamun dibangkunya yang ada dipojok belakang kelas. Suasana riuh ramai
tak membuat pikirannya berhenti melamunkan tas hijau buluk itu.
**********
“Oh… my god!! Hape ku! Hape
ku kemana? Ya ampun!!”, tiba-tiba terdengar suara panik. Yang lain segera
menghampirinya. Ternyata hape Donita, anak pengusaha garmen terkenal, hilang.
Kontan saja anak-anak kelabakan. Mereka mencari disetiap sudut kelas. Namun tak
ada, akhirnya ketua kelas bertindak.
“Aku yakin pasti anak dalam
yang ngelakuin ini semua. Untuk memastikan aku akan memeriksa semua tas
kalian!”, ujar Jonathan, sang ketua kelas dengan tegas.
Minah terkejut, ia kelabakan,
ia takut anak-anak mengejeknya karenaa tas itu, ia akan malu sekali jika
teman-temnanya melihat tas penuh jahitan dan tambalan miliknya.
Pengurus kelas mulai
memeriksa tas semua anak. Minah gugup, ia masih tetap memikirkan tas hijau
kumal yang kini ia dekap untuk menutupi tambalan dan jahitannya.
“Minah, boleh kuperiksa tasnya?”, tiba-tiba Jonathan sudah ada didepan Minah.
Kontan Minah terkejut dan kelabakan. Melihat Minah seperti itu, Jonathan mulai
curiga. Ia mencoba menarik tas Minah dengan paksa. Tapi ia tetap bersih keras
tidak mau.
“Minah, tasnya biar
kuperiksa!!”, bentak Jonathan.
“Jangan! Aku tidak mengambil
hape itu!”, ujarnya sambil terus mendekap tas kumalnya.
“Minah, sini tasnya!”,
Jonathan menarim tas Minah. Minah tetap mempertahankan “Jangan!!”, mata Minah
mulai berkaca-kaca. Jonathan yang sudah tidak sabar lagi, sekuat tenaga menarik
tas itu dan, “Kreekkk!”, tas itu sobek besar, isinya berhamburan. Minah jatuh
tersungkur dan pingsan.
**********
Sudah tiga hari minah tidak
masuk sekolah, bukan karena sakit, melainkan ia sudah tidak memiliki tas lagi
untuk dibawanya ke sekolah. Ia juga malu semua teman telah melihat tas kumalnya
waktu itu.
Hari ini Minah hanya dirumah
saja, setelah membereskan cuciannya, iajuga masuk kamar dan melamun.
“Minah! Minah! Ini ada
surat!”, ibu tergopoh-gopoh masuk ke kamar Minah.
“Ada apa bu? Buru-buru gitu?”,
“Ini ada surat dari pak pos,
sama….. ini ada titipannya juga”, sahut ibu meletakkan bungkusan besar di atas
kasur Minah.
Perlahan ia buka amplopnya
dan membaca isinya :
Untuk Minah,
Minah,
maaf ya tempo hari kami sudah menuduhmu mencuri hape Donita, kami juga sudah
merusakkan tas mu. Kata Donita, ia baru ingat kalau hari itu hape nya tidak
dibawa karena sedang di service. Donita lupa karena setiap hari ia selalu
membawa hape itu. Dan sebagai permintaan maaf nya ia menitipkan bungkusan ini
padaku untuk diberikan kepada mu.
-Jonathan-
Setelah membaca surat itu, Minah cepat-cepat membuka bungkusan itu, feeling
nya mengatakan bahwa isinya adalah…… sebuah tas!, ya benar tas selempang warna
pink yang sangat bagus.
“Alhamdulillah”, mata Minah berkaca-kaca, besok dan seterusnya ia tidak
akan malu lagi ke sekolah.
-Selesai-