WELCOME TO ILMI NUR AIDA'S BLOG ^^

Kamis, 28 Mei 2015

Cerpen : Tas Baru Untuk Minah


TAS BARU UNTUK MINAH

"Uuh...... panjang bener sobeknya? iih... kok bisa sih", gerutu Minah sembari jari-jarinya dengan lincah menjahit lubang tas buluknya. "Auww!!", tiba-tiba jarinya tertusuk jarum. Sambil meringis is pencet telunjuknya. Darah keluar dari sana.
Sesaat kemudian ia tinggalkan tas hijau buluknya yang sudah robek dan penuh jahitan disana - sini. Ia matikan lampu kamarnya dan kemudian beranjak tidur. Dalam tidur ia memimpikan tas baru untuk dipakainya ke sekolah. Selama ini, ia hanya memiliki tas hijau tua kumal dan penuh jahitan yang dipakai untuk ke sekolah. Ayahnya sudah lama berjanji membelikannya tas baru jika mendapat upah dari hasil panen majikannya.

Ya, Minah tepatnya Siti Aminah hanyalah seorang anak petani serabutan miskin. Ibunya adalah tukang cuci yang selalu keluar masuk kompleks perumahan untuk menawarkan jasanya. Selama ini, ia bersekolah karena mendapatkan beasiswa bagi orang kurang mampu. Sekarang Minah sudah duduk dibangku kelas 2 SMA Bunga Bangsa yang terkenal favorit dan untuk kalangan elit.

Dikelas, Minah memang tergolong pintar, namun selalu menarik diri untuk bergaul dengan teman-temannya. minah merasa malu dan minder jika ada didekat mereka. Ia selalu membayangkan hidup seperti mereka,  berangkat dan pulang sekolah naik mobil, tas dan sepatunya bagus, punya hape, dsb. namun mimpi tetaplah mimpi, Minah hanyalah seorang anak miskin yang tas saja tak mampu beli.

**********

Pagi ini Minah berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa. Karena menjahit tas nya kemarin sampai larut malam, ia terlambat bangun. Saking tergesa-gesanya, sarapan yang telah disiapkan oleh ibu tidak dimakan.

Jarak 3 Km ia tempuh dengan bersepeda. Tas buluk penuh jahitan itu ia taruh di keranjang yang menempel di stang kemudi. Sesekali ia pandangi tas itu. Agaknya dia benar-benar malu membawanya.

Setelah sampai disekolah, ia langsung memarkir sepedanya di tempat biasa. Didekat rumpun Bougenvile yang rimbun. Setelah itu ia beranjak menuju kelasnya yang berada dilantai dua.

Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, banyak mata yang melirik tas bututnya. Salah seorang anak kelas 1 bahkan mengejek dengan suara keras. "Tas buluk kayak gitu kok dibawa sekolah, plizz deh!!", Minah hanya diam, kupingnya terasa panas, segera dipercepat langkahnya dengan muka merah padam berjalan sambil menunduk.

Pelajaran demi pelajaran ia lalui dengan gelisah. Ejekan tadi pagi membuatnya semakin tidak berkosentrasi. Ia hanya dapat memikirkan tas buluknya. Jam kosong pada pelajaran terakhir pun ia hanya melamun dibangkunya yang ada dipojok belakang kelas. Suasana riuh ramai tak membuat pikirannya berhenti melamunkan tas hijau buluk itu.
**********

“Oh… my god!! Hape ku! Hape ku kemana? Ya ampun!!”, tiba-tiba terdengar suara panik. Yang lain segera menghampirinya. Ternyata hape Donita, anak pengusaha garmen terkenal, hilang. Kontan saja anak-anak kelabakan. Mereka mencari disetiap sudut kelas. Namun tak ada, akhirnya ketua kelas bertindak.
           
“Aku yakin pasti anak dalam yang ngelakuin ini semua. Untuk memastikan aku akan memeriksa semua tas kalian!”, ujar Jonathan, sang ketua kelas dengan tegas.

Minah terkejut, ia kelabakan, ia takut anak-anak mengejeknya karenaa tas itu, ia akan malu sekali jika teman-temnanya melihat tas penuh jahitan dan tambalan miliknya.

Pengurus kelas mulai memeriksa tas semua anak. Minah gugup, ia masih tetap memikirkan tas hijau kumal yang kini ia dekap untuk menutupi tambalan dan jahitannya.

“Minah, boleh kuperiksa tasnya?”, tiba-tiba Jonathan sudah ada didepan Minah. Kontan Minah terkejut dan kelabakan. Melihat Minah seperti itu, Jonathan mulai curiga. Ia mencoba menarik tas Minah dengan paksa. Tapi ia tetap bersih keras tidak mau.


“Minah, tasnya biar kuperiksa!!”, bentak Jonathan.

“Jangan! Aku tidak mengambil hape itu!”, ujarnya sambil terus mendekap tas kumalnya.

“Minah, sini tasnya!”, Jonathan menarim tas Minah. Minah tetap mempertahankan “Jangan!!”, mata Minah mulai berkaca-kaca. Jonathan yang sudah tidak sabar lagi, sekuat tenaga menarik tas itu dan, “Kreekkk!”, tas itu sobek besar, isinya berhamburan. Minah jatuh tersungkur dan pingsan.

**********

Sudah tiga hari minah tidak masuk sekolah, bukan karena sakit, melainkan ia sudah tidak memiliki tas lagi untuk dibawanya ke sekolah. Ia juga malu semua teman telah melihat tas kumalnya waktu itu.

Hari ini Minah hanya dirumah saja, setelah membereskan cuciannya, iajuga masuk kamar dan melamun.

“Minah! Minah! Ini ada surat!”, ibu tergopoh-gopoh masuk ke kamar Minah.
“Ada apa bu? Buru-buru gitu?”,
“Ini ada surat dari pak pos, sama….. ini ada titipannya juga”, sahut ibu meletakkan bungkusan besar di atas kasur Minah.
Perlahan ia buka amplopnya dan membaca isinya      :

Untuk Minah,
            Minah, maaf ya tempo hari kami sudah menuduhmu mencuri hape Donita, kami juga sudah merusakkan tas mu. Kata Donita, ia baru ingat kalau hari itu hape nya tidak dibawa karena sedang di service. Donita lupa karena setiap hari ia selalu membawa hape itu. Dan sebagai permintaan maaf nya ia menitipkan bungkusan ini padaku untuk diberikan kepada mu.

-Jonathan-      

Setelah membaca surat itu, Minah cepat-cepat membuka bungkusan itu, feeling nya mengatakan bahwa isinya adalah…… sebuah tas!, ya benar tas selempang warna pink yang sangat bagus.

“Alhamdulillah”, mata Minah berkaca-kaca, besok dan seterusnya ia tidak akan malu lagi ke sekolah.


-Selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar